Cari Blog Ini

Entri Populer

Selasa, 14 Desember 2010

Membaca Bismillah dalam Fatikhah

Membaca "bismillah" adalah ibadat yang paling besar sesudah tauhid, demikian dikatakan oleh Imam Nawawi dalam kitab "al-Majmu", syarh Muhadzab pada jilid ke 3, pagina 334.

Di dalam Madzhab Syafi'i hukum membaca bismillah dalam Fatikhah ketika shalat adalah wajib, karena bismillah itu salah satu ayat dari al-Fatikhah yang menjadi rukun shalat.
Inilah hukum agama dalam Madzhab Syafi'i.

"Berkatalah Imam Syafi'i rahimahullah: Bismillahirrahmaanirrahiim adalah termasuk ayat yang tujuh dari Fatikhah; kalau ditinggalkan semuanya atau sebahagiannya, tidaklah cukup rakaat shalat yang tertinggal membaca bismillah dalam rakaat itu" (Kitab al-Umm juzu' ke I, pagina 107).


Dalil-dalil Madzhab Syafi'i tentang membaca Bismillah dalam Fatikhah shalat

 
Dalil Pertama

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin 'Adullah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Sufyan] berkata, telah menceritakan kepada kami [Az Zuhri] dari [Mahmud bin Ar Rabi'] dari ['Ubadah bin Ash Shamit], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah)." (HR. Bukhari, Fatkhul Bari juzu' ke II, pagina 383; lidwa no 714).

Imam Nawawi, dalam kitab Majmu', berkata:
"Adapun hukum masalah dalam madhzab kita (Madhzab Syafi'i), perkataan "Bismillah" adalah salah satu ayat yang kamil (penuh), terletak pada permulaan Fatikhah. Hal ini tidak diperselisihkan lagi" (al-Majmu' Syarh Muhadzab, juzu' III, pagina 333).

Maksud ucapan Imam Nawawi "tidak diperselisihkan lagi", adalah bahwa dalam Madhzab Syafi'i seluruh ulamanya sepakat berpendapat, bahwa "Bismillah" itu salah satu ayat dari al-Fatikhah.

Imam Muhammad Syarbini al-Khatib, berkata:
"Dan Bismillah salah satu ayat dari al-Fatikhah" (Iqna' juzu' I, pagina 115).

Imam Zainuddin al-Malibari, berkata:
"Serta membaca Bismillah, karena Bismillah itu salah satu ayat dari al-Fatikhah" (Fatkhul Mu'in, pagina 139 juzu' I, yaitu kitab yang dicetak bersama kitab-kitab I'anut Thalibin).


Dalil ke-dua

"Dari Abi Hurairah, beliau berkata: Berkata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam: "Barang siapa shalat tetapi tidak membaca ummul qur'an (dalam satu riwayat Fatikhah kitab), maka shalat itu kurang, kurang, tidak sempurna" (HR. Muslim, Syarh Muslim juzu' IV, pagina 101).

Dalil ke-tiga

"Tidak mencukupi shalat yang tidak dibaca di dalamnya Fatikhah Kitab" (HR. Imam Daruquthni).

Apa yang dinamakan Fatikhah Kitab atau Ummul Qur'an, yang wajib dibaca itu?
Jawabnya adalah: Surat al-Fatikhah selengkapnya, yaitu 7 ayat, yang dimulai dari "Bismillah" dan disudahi dengan "waladh-Dhalliin".

Dalil ke-empat

Tersebut dalam kitab I'anatut Thalibin, karangan Imam sayid Bakri Shatha, sebagai berikut:

"Bahwasannya sahabat-sahabat Nabi telah ijma' (sepakat) meletakkan (Bismillah) dengan tulisan al-Qur'an pada permulaan sekalian surat, kecuali pada surat al-Baqarah".
Seterusnya sayid Bakri Syatha' mengatakan: "Andaikata bismillah itu bukan ayat al-Qur'an tentu mereka melarang menuliskannya, karena bisa menyalahkan i'itiqad Ummat Islam, yaitu mengi'tiqadkan yang bukan Qur'an menjadi Qur'an.
Andakat dikatakan bahwa bismillah itu hanya untuk membatas-batas surat saja, maka timbul pertanyaan: kenapa tidak dituliskan pada permulaan surat al-Baqarah dan apa gunanya ditulis pada permulaan al-Fatikhah, sedang surat sebelumnya belum ada yang akan dibatas" (I'anatut Thalibin, juzu' I, pagina 139).

Ijma' adalah sumber hukum dalam Ibadat Islam, karena umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi waSalam, tidak akan sepakat dalam kesesatan.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi waSalam, bersabda:
"Bahwasannya umatku tidak akan sepakat atas kesalahan" (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah, lihat sunan Ibnu Majah, juzu' 2, halaman 464 dan shahih Tirmidzi juzu' 9, halaman 11 dengan sedikit perbedaan lafadz)

Jadi, kalau sudah ada ijma' maka itu adalah hal yang benar, bukan sesat. Sebaliknya orang yang tidak mengindahkan ijma' adalah orang sesat.
Allah SWT berfirman:


سُوۡرَةُ النِّسَاء
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَ‌ۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا (١١٥)

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Selasa, 07 Desember 2010

Masalah Dzikir



Banyak dalil-dalil shahih dalam al-Qur'an Hadits yang menganjurkan supaya umat Islam seluruhnya, tidak pandang bulu, kedudukan maupun usia, untuk senantiasa berdzikir kepada Tuhan yang menjadikannya.
Umat Islam diperintah oleh Allah dan Rasul, supaya banyak-banyak berdzikir, yaitu dengan menyebut nama Allah dengan lisan dan dengan hati, baik ketika siang maupun malam.
Orang-orang yang tidak mau berdzikir adalah orang sesat, pengikut hawa nafsu dan tak pantas untuk diikuti.

Dalil Pertama

Allah Berfirman:

سُوۡرَةُ الاٴحزَاب
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرً۬ا كَثِيرً۬ا (٤١) وَسَبِّحُوهُ بُكۡرَةً۬ وَأَصِيلاً (٤٢)


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah memuji Allah diwaktu pagi dan petang" (al-Ahzab: 41-42).

Ayat ini jelas memerintahkan kepada seluruh orang mu'min, baik pria maupun wanita, tua maupun muda, supaya berdzikir mengingat Allah sebanyak-banyaknya, ketika pagi-pagi maupun petang. Dan juga di perintahkan supaya banyak-banyak membaca tasbih (Subhanallah) dan tahmid (Alkhamdulillah) setiap waktu.


Dalil Ke-dua

Allah befirman:

سُوۡرَةُ آل عِمرَان
قَالَ رَبِّ ٱجۡعَل لِّىٓ ءَايَةً۬‌ۖ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُڪَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَـٰثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمۡزً۬ا‌ۗ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ ڪَثِيرً۬ا وَسَبِّحۡ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِبۡڪَـٰرِ (٤١)

Artinya: "Dan banyak-banyaklah mengingat Tuhanmu, dan bertasbihlah dikala pagi dan petang" (Ali Imran: 41).


Dalil Ke-tiga

Allah berfirman:

سُوۡرَةُ النِّسَاء
فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡڪُرُواْ ٱللَّهَ قِيَـٰمً۬ا وَقُعُودً۬ا وَعَلَىٰ جُنُوبِڪُمۡ‌ۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَـٰبً۬ا مَّوۡقُوتً۬ا (١٠٣)

Artinya: "Apabila kamu telah selesai mengerjakakn shalat, maka ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring" (An-Nisa': 103).

Ayat ini menyatakan bahwa dzikir itu harus dilakukan sesudah selesai shalat pada waktu ketika berdiri, duduk atau berbaring di tempat tidur.

Ayat ini menyatakan dengan jelas salahnya FATWA sebagian mubaligh, yang memfatwakan bahwa arti dzikir dalam ayat-ayat dzikir itu adalah shalat, karena pada ayat ini jelas dinyatakan "kalau kamu telah selesai mengerjakan shalat".

Juga menjadi batal, FATWA orang yang mengatakan bahwa maksud dzikir dalam ayat-ayat dzikir adalah bertabligh, mengaji, berdiskusi, berceramah dan lain-lain, karena dalam ayat ini dinyatakan bahwa dzikir harus juga dilakukan pada waktu berbaring.

Adakah orang bertabligh atau berpidato dalam keadaan berbaring? tentu TIDAK.


Dalil ke-empat

Allah berfirman:
سُوۡرَةُ الرّعد
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ (٢٨)

Artinya: "Orang-orang mu'min hatinya tenteram karena mengingat Allah. Ingatlah Allah, karena dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (Ar-Ra'd: 28).

Inilah satu khasiat dzikir kepada Allah, yaitu menjadikan hati tenang dan tidak gelisah.
Memang dzikir kepada Allah itu adalah salah satu obat yang mujarab untuk menenangkan hati yang gelisah, menenangkan pikiran yang kacau balau dan dapat mengurangi penyakit urat syaraf.


Dalil ke-lima

Allah berfirman:

سُوۡرَةُ طٰه
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ (١٢٤)

Artinya: "Barang siapa yang tidak mau mengingat Aku, dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang buta" (Thaha: 124).

Nah, ayat ini mengecam kepada orang yang tidak mau berdzikir kepada Allah, maka ia akan diberi kehidupan yang "dhanka" (kehidupan gelisah), dan di akhirat sebagai orang buta, tidak tahu jalan yang akan ditempuh.

Dalam menafsirkan "dhanka" ini, Tafsir Thabari mengatakan:
a. Hidup yang picik, sulit, gelisah, celaka dunia akhirat, dsb.
b. dhanka adalah kehidupan dalam ma'ashiyat, walaupun kaya.
c. dan lain-lain (Thabari juzu' XI, pagina 226, 227, 228, 229).

Apakah anda mau diberi kehidupan yang sulit?
Kalau tidak, maka jalannya adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah.

Apa artinya "sebagai orang buta" seperti yang tersebut pada ayat diatas?
a. Tafsir Jalalain menerangkan: "buta mata", buta benar-benar, tidak dapat melihat nikmat Tuhan lagi. Dimasukkan ke dalam neraka dalam keadaan buta.
b. Tafsir Thabari mengatakan: Buta dari hujah, yakn tidak dapat menjawab tuduhan di muka pengadilan.

Pendeknya, dunia akhirat mendapat kesulitan.

Mungkin ketika membaca ini, ada orang yang akan bertanya: Bagaimana keadaan orang-orang kafir yang ada di dunia sekarang? Kita lihat, mereka selalu dalam kesenangan, sedangkan mereka tak pernah mengingat Allah.

Belum tentu!

Apakah orang kaya itu senang? Tidak, hatinya lebih susah dan gelisah dari orang miskin.


Dalil ke-enam

Allah berfirman:



Artinya: "Dan bagi lelaki yang banyak dzikir kepada Allah dan bagi wanita yang banyak dzikir kepada Allah, disediakan ampunan dan pahala yang besar oleh Tuhan" ( ).

Penjelasan menurut ayat ini, bahwa dalam soal dzikir, antara laki-laki dan perempuan sama saja, sama-sama dianjurkan, sama-sama akan diberi pahala di akhirat nanti.

Harus dicatat, bahwa barang siapa yang banyak dzikir kepada Allah, disediakan baginya keampunan Allah dan pahala yang besar.


Dalil ke-tujuh

Allah berfirman:

سُوۡرَةُ البَقَرَة
فَٱذۡكُرُونِىٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡڪُرُواْ لِى وَلَا تَكۡفُرُونِ (١٥٢)

Artinya: "Maka ingatlah kamu kepada-Ku supaya Aku ingat pula kepadamu, dan syukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu menjadi orang yang kafir" (al-Baqarah: 152).

Nah, dzikir kepada Allah akan memasukkan kita ke dalam golongan orang yang bersyukur atau berterima kasih kepada Allah.


Dalil ke-delapan

Allah berfirman:

سُوۡرَةُ ٱلدَّهۡر / الإنسَان
وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ بُكۡرَةً۬ وَأَصِيلاً۬ (٢٥)

Artinya: "Dan sebutlan nama Tuhanmu dikala pagi dan petang hari" (Ad-Dhur-Al-Insan: 25).

Maksudnya adalah supaya umat Islam menyebut namaTuhannya selalu, baik pagi, petang, siang dan malam hari.


Dalil ke-sembilan

Allah berfirman:

سُوۡرَةُ المُزمّل
وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلاً۬ (٨)

Artinya: "Dan sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati" (Al-Muzammil: 8).


Dalil ke-sepuluh

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam, bersabda:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبِ بْنِ عَرَبِيٍّ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ كَثِيرٍ الْأَنْصَارِيُّ قَال سَمِعْتُ طَلْحَةَ بْنَ خِرَاشٍ قَال سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ إِبْرَاهِيمَ وَقَدْ رَوَى عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ مُوسَى بْنِ إِبْرَاهِيمَ هَذَا الْحَدِيثَ


Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Habib bin 'Arabi] telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ibrahim bin Katsir Al Anshari] ia berkata; saya mendengar [Thalhah bin Khirasy], ia berkata; saya mendengar [Jabir bin Abdullah radhillahu 'anhuma] ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik dzikir adalah LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) dan sebaik-baik doa adalah ALHAMDULILLAAHI (Segala puji bagi Allah)." Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Musa bin Ibrahim. [Ali bin Al Madini] dan lebih dari satu orang telah meriwayatkan hadits ini dari [Musa bin Ibrahim].

(HR. Imam Tirmidzi, lihat shahih Tirmidzi juzu' XIII, halaman 274; Lidwa no 3305).

Dari hadits tersebut, dapat diambil kesimpulan, al:
1. Dzikir itu "Membaca" kalimat.
2. Kalimat dzikir yang paling baik, adalah "Laa Ilaaha Illal Lah".



Dalil ke-sebelas

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam, bersabda:

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً


Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Hafs] telah menceritakan kepada kami [Ayahku] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] aku mendengar [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] radliyallahu'anhu berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari."

(HR. Bukhari dan Muslim, lihat shahih Bukhari juzu' 4, pagina 196; Lidwa no 6856).



Dalil ke-dua belas

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam, bersabda:

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ
Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Affan] telah menceritakan kepada kami [Hammad] telah mengabarkan kepada kami [Tsabit] dari [Anas] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kiamat tidak akan terjadi hingga di bumi tidak diucapkan lagi 'Allah, Allah'."

(HR. Muslim, lihat shahih Muslim I hal 73, dan Tanwirul Qulub pagina 511; Lidwa no 211).

Nyata dalam hadits ini, bahwa membaca dzikir Allah, adalah suatu ibadah yang sagat penting, sehingga kiamat tak akan terjadi kalau masih ada orang yang membaca dzikir Allah, Allah.
Arti dzikir dalam hadits ini bukan berpidato, bukan bertabligh, tetapi membaca Allah, Allah.


Dalil ke-tiga belas

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ الْكِنْدِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ
أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَنْبِئْنِي مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ قَالَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar] telah menceritakan kepada kami [Zaid bin Al Hubab] telah mengabarkan kepadaku [Mu'awiyah bin Shalih] telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Qais Al Kindi] dari ['Abdullah bin Busr] bahwa seorang badui bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, katanya; "Sesungguhnya ajaran-jaran Islam telah benyak di ketahui, maka beritahukanlah kepadaku sesuatu darinya yang dapat saya ucapkan berulang-ulang." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Selama lidahmu terus bergerak dengan berdzikir kepada Allah Azza Wa Jalla."

(HR. Ibnu Majah, jilid 2, pagina 418; Lidwa no 3783).

Keterangan dari hadits tersebut diatas, bahwasannya dzikir itu adalah membaca dengan lidah.


Dalil ke-empat belas

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] telah bercerita kepada kami [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghafalkan (menjaganya) maka dia akan masuk surga".

(HR. Bukhari, Shahih Bukhari juzu' 4, pagina 195; Lidwa no 2531).

Arti "Ahshaha" dalam hadits ini, menurut Imam Bukhari adalah "ahfadzaaha", yaitu menghafal di luar kepala. Dan lafadz dzikir itu bukanlah Allah, Allah, Allah saja, tetapi juga boleh dengan nama-nama lain yang 99 banyaknya (Asma'ul Husna).


Dalil ke-lima belas

Allah berfirman:

سُوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء
وَيَدۡعُ ٱلۡإِنسَـٰنُ بِٱلشَّرِّ دُعَآءَهُ ۥ بِٱلۡخَيۡرِ‌ۖ وَكَانَ ٱلۡإِنسَـٰنُ عَجُولاً۬ (١١)

Artinya: "Katakanlah hai (Muhammad): Serulah Allah atau serulah Rahman. Mana saja nama Tuhan yang kamu seru (adalah baik). Dia mempunyai nama-nama yang baik" (Al-Isra': 110).


Dalil ke-enam belas

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
قَالَ أَبُو عِيسَى وَلَيْسَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ ذِكْرُ الْأَسْمَاءِ وَهُوَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ رَوَاهُ أَبُو الْيَمَانِ عَنْ شُعَيْبِ بْنِ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ الْأَسْمَاءَ


Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Abu Az Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama. Barang siapa yang hafal, mengamalkan dan membenarkan, dan menjaganya akan masuk Surga." Abu Isa berkata; dan pada hadits ini tidak ada penyebutkan nama, dan hadits tersebut adalah hadits hasan shahih. Diriwayatkan oleh [Abu Al Yaman] dari [Syu'aib bin Abu Hamzah] dari [Abu Az Zinad] dan ia tidak menyebutkan padanya nama-nama tersebut.

(HR. Tirmidzi, Lidwa no 3430)